Wednesday, February 23, 2005

Karena Negeri Akhirat itu Ada

Karena Negeri Akhirat itu Ada

Sedang apa kau disana? Kuharap kau telah dapatkan makanan lezat, pembayar laparmu di masa lalu Kuharap kau telah temui ayah bunda, penuhi kasih yang hilang sepanjang usiamu Kuharap kau tengah bercanda gembira, seperti yang kau rindui di waktu lalu Kuharap kau tengah terlimpah dalam rahmat-Nya, obati semua deritamu yang dulu.
***

Dia lahir di keluarga papa. Usia lima tahun ayah bunda tiada. Masa kecil dan remajanya terampas tanpa jeda. Ia kehilangan sekolah dan teman bercanda. Usia sepuluh ikut sang paman mengadu nasib ke negeri tetangga. Menjadi buruh di perkebunan milik negara tanpa surat-surat yang semestinya. Delapan tahun ia nelangsa: tenaganya dibayar hanya dengan makan sehari dua kali saja.
Meski buta huruf, darah muda mendorongnya untuk menunjukkan asa. Ia meminta bayaran yang menjadi haknya. Namun yang ia peroleh adalah pemberhentian kerja. Tiga bulan ia pindah ke perusahaan swasta. Sayang, nasibnya tetap sama. Ia tak dibayar atas pekerjaannya. Bahkan diusir pulang ke Indonesia. Berjalan kaki ia, menembus belantara. Hendak kembali di negeri orang tuanya. Delapan hari ia membawa tubuhnya tanpa penebus lapar dahaga. Hingga akhirnya ditemukan warga, dalam keadaan lemah tiada daya.
Dua minggu ia dirawat oleh penduduk desa. Namun kondisinya kian memburuk jua. Dan di rumah sakit Nunukan: ia meninggal karena kekurangan gizi, dehidrasi dan sakit TBC yang dideritanya. Pemuda kecil ini, Amir namanya. Delapan belas tahun usianya saat maut mengakhiri deritanya.
***
Air mata yang membanjir saat membaca berita tentangnya tak berarti apa-apa. Tak mampu menerjemahkan semua sesak di dada. Tak dapat meringankan semu derita yang telah dijalaninya selama delapan belas tahun. Tak dapat mewakili semua tanya yang bergaung di kepala:
Mengapa? Mengapa dia hidup hanya untuk menderita? Mengapa? Mengapa ketidakadilan harus ditanggungnya sepanjang usia? Mengapa? Mengapa yang ia rasakan dari dunia hanyalah luka dan lara? Mengapa? Mengapa ia tak mendapat kesempatan untuk menikmatinya walau sedikit saja?
Mengapa? Mengapa dia? Dan mengapa begini adanya? Sedang manusia lain merasakan nikmat tak terperi di dunia ini.
Mengapakah dia tak berhak meski hanya sekedar mencicipi? Mengapa, ya Ilahi Rabbi?
***
Dengan menundukkan kepala, aku mendengar seluruh alam bercerita tentang Kuasa-NYA. Karena memang demikianlah sifat dunia. Karena memang seperti itulah makhluk dicipta. Untuk memberi kesempatan bagi manusia mengaplikasikan sifat manusiawi berusaha dan berkreasi. Untuk memilah siapa yang berbakti dan siapa yang mengingkari. Untuk menunjukkan kuasa sang Pencipta, bahwa ia Maha Kreatif menciptakan milyaran -bahkan tak terhitung- jalan hidup yang berbeda bagi setiap makhluk. Bahwa Ia perkasa. Bahwa Ia tempat segala pinta. Dan kemudian ia mencipta negeri akhirat sebagai campur tanganNya atas segala kondisi dunia. Sebagai bukti keadilanNya. Sebagai bukti kasihNya. Setiap yang pernah tinggal di dunia akan mendapat pengganti yang setimpal atas semua tingkah baik buruknya di dunia.
Dan di sana, Amir akan mendapatkan semua yang tak ia ia peroleh ketika fana.
Kuharap kau telah dapatkan makanan lezat, pembayar laparmu di masa lalu Kuharap kau telah temui ayah bunda, penuhi kasih yang hilang sepanjang usiamu Kuharap kau tengah bercanda gembira, seperti yang kau rindui di waktu lalu Kuharap kau tengah terlimpah dalam rahmat-Nya, obati semua deritamu yang dulu.
***

No comments:

Post a Comment