Tuesday, March 29, 2005

Percepatan Diri

Seorang Muslim hendaknya berbuat seperti pelari maraton yang harusberlari dalam jarak jauh. Ia akan berlaku efisien dalam mengelolasetiap sumber daya yang dimilikinya dan menjauhkan diri darikemubaziran. Suatu hari di Masjidil Haram, seorang guru tengahmenyampaikan ilmu kepada murid-muridnya. Dengan lugas, jelas, dankomunikatif guru tersebut mengajarkanmateri fikih, mualamah, jinayah, dan hukum-hukum kriminal. Namun ada yang sedikit ganjil, ternyata Pak Guru tampak jauh lebihmuda daripada murid-muridnya. Bahkan, di tengah prosesi belajarmengajar ia minta izin kepada murid-muridnya untuk minum, padahalsiang itu adalah bulan Ramadhan. Kontan saja ulahnya itu menuaiprotes. "Kenapa Anda minum, padahal ini Bulan Ramadhan?" tanya paramuridnya. Ia menjawab, "Aku belum wajib berpuasa." Siapakah Pak Guruyang terlihat nyeleneh tersebut? Ia adalah Muhammad bin IdrisAsy-Syafi'i, yang lebih kita kenal dengan Imam Syafi'i. Kita tak usahheran dengan fragmen di atas, karena pada usia yang belum baligh ImamSyafi'i sudah menjadi seorang ulama yang disegani. Sebagai gambaran, pada usia sembilan tahun ia sudah hafidz Alquran.Pada usia sepuluh tahun, isi kitab Al-Muwaththa karya Imam Malik yangberisi 1.720 hadis pilihan juga mampu dihafalnya dengan sempurna. Danpada usia 15 tahun ia telah menduduki jabatan mufti kota Mekah.Kedudukan tersebut memungkinkan ia memberikan fatwa dan mengajar diMasjidil Haram. Bahkan, di bawah usia 15 tahun Imam Syafi'i telahdikenal mumpuni dalam bidang bahasa dan sastra Arab, hebat dalammembuat syair, jago qiraat, serta memiliki pengetahuan luas tentangadat istiadat Arab yang asli. Demikianlah, Imam Syafi'i berhasil melakukan lompatan-lompatan danpercepatan dalam hidupnya. Bila orang lain bisa menjadi mufti danberhak memberi fatwa di atas usia 30-an, maka Imam Syafi'i mampumencapainya pada usia 15 tahun. Artinya, ia berhasil "menghemat" waktuselama 15 sampai 30 tahun. Sebuah prestasi fenomenal dan sulitditandingi siapapun. Begitupula dengan usaha menghafal Alquran, bilaorang lain mampu mencapainya dalam rentang usia 15-30 tahun, ImamSyafi'i berhasil melakukannya 6 sampai 15 tahun lebih cepat. Dari gambaran tersebut, kita bisa memahami bahwa ada dua jenis usia.Yaitu usia biologis; usia yang biasanya tertera dalam KTP atautercatat di akta kelahiran, dan usia keilmuan; usia kedewasaan atauusia produktif. Kedua jenis usia ini, dalam kenyataannya belum tentuseiring seirama, tegak lurus, dan sebanding antara satu sama lain. Ada yang usia biologisnya masih muda, tapi usia keilmuan danproduktivitasnya sudah sangat dewasa. Namun ada pula orang yang usiabiologisnya sudah dewasa, 40-50 tahunan, tapi usia keilmuan dankedewasaannya masih anak-anak. Jadi, yang terpenting bukan berapa usia biologis yang kita miliki ataubukan seberapa panjang waktu hidup kita di dunia, tapi seberapapanjang usia keilmuan dan kontribusi kita pada umat. Melakukan percepatan diri Bagaimana caranya agar kita mampu melakukan percepatan diri? Ada tujuh hal yang layak kita perhatikan. Pertama, adanya kesadaran untuk melakukan percepatan. Kesadaran iniakan hadir tatkala kita memiliki pengetahuan yang cukup tentang artipenting perubahan. Tanpa adanya kesadaran mustahil seseorang akanbergerak. Kesadaran dan ketidaksadaran ini bagaikan orang bangun danorang tidur. Kedua, memiliki visi dan misi. Visi adalah "mencari gambaran masadepan"; sedangkan misi adalah "sesuatu yang harus dilaksanakan dandiselesaikan untuk menuju arah masa depan sesuai dengan visi yangtelah ditetapkan". Dengan adanya visi dan misi, jalan hidup kita akanlebih terarah. Ketiga, pandai melakukan skala prioritas dalam hidup. Skala prioritassangat penting artinya karena sumber daya yang kita miliki--waktu,kesempatan, dana, kekuatan fisik--serba terbatas. Menurut Dr Quraish Shihab, apabila ada dua alternatif untuk melakukansatu di antara dua pekerjaan yang sama dan memiliki arti yang samapula, maka harus dipilih pekerjaan yang memakan waktu paling singkat.Di sisi lain apabila ada pekerjaan yang mengandung nilai tambah dandapat diselesaikan dalam waktu yang sama tanpa nilai tambah, makapilihlah pekerjaan yang memiliki nilai tambah. Misal shalat berjamaahyang lebih diutamakan daripada shalat sendirian, termasuk dalam halganjarannya yang perbandingannya 27:1. Keempat, kita harus menerapkan konsep efisiensi (penghematan). SeorangMuslim hendaknya berbuat seperti seorang pelari maraton yang harusberlari dalam jarak jauh. Ia akan seefisien mungkin mengelola setiapsumber daya yang dimilikinya dan menjauhkan diri dari kemubaziran.Orang yang efisien adalah orang yang memiliki pandangan jauh ke depan(QS Al-Hasyr [59]:18 dan QS An-Nahl [27]: 10-11).Berhemat pada dasarnya adalah menghitung apa yang akan terjadi di masadatang, bukan cerminan sikap kikir dan individualis. Ia sadar bahwahidup tidak akan selamnya lurus, ada susah ada senang. Efisiensiberarti pula melakukan segala sesuatu secara benar, tepat, akurat, danmampu membandingkan antara besaran input dan output. Kelima, masuk ke dalam lingkungan yang kondusif. Lingkungan sangatbesar pengaruhnya dalam meningkatkan optimalisasi dan pengembanganpotensi diri, baik self development (pembangunan diri) maupun socialdevelopment. Rasulullah SAW bersabda bahwa seseorang itu sangatdipengaruhi temannya (lingkungannya). Siapa yang bergaul dengan pandaibesi, dia akan terkena bau bakaran. Dan siapa yang bergaul dengan
tukang minyak wangi, maka ia akan merasakan harumnya minyak wangiKeenam, belajar dan bertumbuh secara terus menerus sepanjang hidupcontinuous lifetime learning). Henry Ford mengatakan, "Barangsiapaberhenti belajar berarti dirinya sudah tua, tidak peduli apakah diaberusia 20 tahun atau 80 tahun. Barangsiapa terus menerus belajar, diatetap awat muda. Hal terbesar dalam hidup ini adalah menjaga agar pikiran kita tetapmuda". Belajar di sini bukansekadar semangat belajar. Yang tak kalah penting adalah belajarbagaimana cara belajar yang efektif. Karena itu, sangat penting kitaharus menguasai cara belajar efektif, teknik membaca cepat, teknikmemanfaatkan kemajuan teknologi, dan lainnya. Ketujuh, kita harus memiliki sumber motivasi yang tak pernah padam.Sumber motivasi itu harus berasal dari Allah. Analoginya, motivasidari Allah bagaikan cahaya matahari yang selalu bersinar, sedangkanmotivasi yang berasal dari manusia bagaikan lampu dinding yang mudahpadam. Dalam QS Al-Baqarah ayat 154 Allah SWT berfirman: "Dan bagitiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada,Allah pasti akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat)." Demikian Allah SWT memotivasi kita untuk terus mengembangkan diri danberpacu dalam kebaikan. Wallahu a'lam bish-shawab (ems)-Kafemuslimah.com

Sunday, March 27, 2005

Arung Jeram 2 Posted by Hello
Arung Jeram Kelompok 1 Posted by Hello
Arung Jeram Cicatih River Posted by Hello

Fhoto bersama setelah selesai Arung Jeram tgl.25 Maret 2005 total peserta 16 orang
dari Kiri ke Kanan ( Atas ): Anggita,Tintin,Meita,Andik,Darmawan,Munir,Medi,Muchlisin,Iik
( Bawah) : Haris,Umbu,Hardiyanto,Purnawan(dibelakang Pak Hardi),Ari Bodong,Roni,Amali

Fhoto kedua : Kelompok dari pak Hardiyanto,Tintin,Anggita,Amali,Ari Bodong dan Umbu di kempok ini Tintin sempat jatuh keair setengah dari badannya saat berada di Jeram " Harga Diri " , lumayan samapi minum air .

Photo pertama : Kelompok dari Bpk Medi,Haris,Iik,Meita dan Andik dan dipandu oleh Sdr Syarif dikelompok ini sempat meita ketonjok gagang dayung ...he he lumayan nyonyor juga...sorry met...